oleh : Ratih Hidayah
“Nyontekers” atau sebutan bagi orang yang gemar mencontek merupakan hal yang tidak asing di
telinga kita. Dikaitkan dengan tradisi anak sekolah sebagian, pada saatnya
ujian mereka rata-rata tidak terfokus pada ujian mereka tetapi malah
mempersiapkan trik-trik jitu agar bisa di ajari teman. Hal ini sudah lumrah bagi
sebagian anak, bahkan mereka merasa santai ketika yang mengawasi di ruangan
adalah guru yang terkenal tidak killer.
Apabila bertemu dengan guru-guru yang seperti itupun mereka tetap bersiaga
untuk membuat contekan tertentu, yang sekiranya saat guru mereka lengah mereka
dapat mencontek sesuka hati. Apa sih keuntungan mencontek ? disini mari
kita lihat sebenarnya apa sih keuntungan dari mencontek ? bukankah itu hanya
kesenangan sementara saja? Iya kalau hasil yang diconteki itu bagus, bagaimana
kalau jelek ? benar-benar sudah tidak ada artinya mencontek itu kan? Tetapi
mengapa anak-anak sekolahan bahkan mahasiswapun kadang masih suka mencontek?
Nah, sebenarnya itu semua kembali kepada diri seseorang itu, pada dasarnya
semua orang memiliki potensi yang berbeda-beda. Hanya saja masih banyak orang
malas untuk menggali itu semua dan ironisnya mereka malah belum mengerti apa
potensi yang mereka miliki sebenarnya. Termasuk juga dalam kegiatan menguji
nilai kognitif seseorang, lulus-lulusan mungkin itulah yang terjadi, karena
gaya berpikir mereka hanya berorientasi pada hasil, bukan pada proses.
Ya...memang tidak menutup kemungkinan masih banyak juga pribadi-pribadi yang keukeuh dalam mempertahankan prinsipnya dalam
mengerjakan sesuatu.
Pribadi yang demikian itu merasa bahwa dirinya
pasti bisa mengerjakan ujian tanpa harus mencontek.
Mereka beranggapan bahwa mengerjakan sendiri itu lebih puas. Apabila hasilnya
jelek, mereka tidak perlu menyesali apa yang telah Ia perbuat ( menyesali
karena dirinya mencontek ) dan apabila hasilnya baik, sudah pasti mereka
mendapat kepuasan tersendiri. Berbeda dengan keadaan di atas, seseorang
yang sudah biasa mencontek, kadang masih dengan santainya tersenyum ria.
Biasanya, apabila hasil contekan mereka mendapat nilai bagus, hm....mereka
terlihat amat berbahagia. Dalam bahsa jawa biasa disebut bombong. Tetapi ini semua sungguh
semata-mata klise nilai yang hanya tertuang pada hitam di atas putih, maksudnya
adalah ketika nilai si “nyontekers” ini baik, maka nilai tersebut hanya
digunakan untuk mempercantik nilai mereka di daftar nilai, sedangkan ilmu yang
mereka dapat adalah nol besar. Kenapa terjadi demikian? ya pastilah terjadi,
karena “nyontekers” hanya menuntut nilai semata
tanpa memikirkan ilmu apa yang sebenarnya sedang mereka pelajari saat itu.
Kejadian inipun dapat membuat seseorang yang tidak masuk dalam ketegori “nyontekers” menjadi sangat miris. Pengalaman demi
pengalaman yang dialami seseorang, kadang yang mencontek itu lebih baik
nilainya dibandingkan orang yang diconteki. Maka sangat menyedihkan sekali
bukan ketika itu terjadi? Ya mungkin bagi “nyontekers” itu semua biasa saja, asalkan nilai
para “nyontekers” ini bagus. Itu adalah contoh mencontek
orang per orangan. Bagaimana ketika seseorang membawa little note ke dalam kelas? Sama saja sebenarnya
dengan gaya mencontek orang dengan orang, hanya saja ketika seorang “nyontekers” hanya membawa catatan kecil ke kelas,
maka tingkat resikonya lebih besar menuju ke individunya. Pasalnya tidak ada
yang dirugikan selain dirinya sendiri, mungkin saja mereka melakukan itu,
karena memang belum belajar atau bahkan ada rumus yang lupa. Walaupun ketahuan
guru atau dosen, maka resiko tersebut di tanggung oleh diri sendiri.
Sehingga masalah nilaipun tidak merugikan yang lain.
Namun, semua itu tidak berlaku selamanya, karena
guru atau dosen bukanlah robot yang dengan mudahnya terhipnotis dengan hal
semacam itu, maka tidak jarang guru atau dosen kadang-kadang apabila ada murid
atau mahasiswanya yang ketahuan mencontek, maka nilai berpengaruh untuk semua
warga kelas. Tercorenglah semuanya. Jadi berhati-hatilah dengan mencontek, berpikirlah
dulu sebelum melakukan sesuatu, karena segala
sesuatu ada konsekuensinya.
13 komentar on "Nyontekers" :
sekarang nyontek udah jadi tradisi terutama buat anak sekolah ..
@alip_haha bisa jadii
@yosie_sip....
budaya nyontek sekarang kaya jamur di musim hujan ..
siip mba.. semoga yang baca sedikit ngerasa ...
lantas, bagaimana cara menghilangkan buda yang seolah-olah menjadi tradisi ..?
@mas komting_amiiin semoga saja
@mb obi_caranya ya sebagai calon2 pendidik harus menerapkan evaluasi sejak dini, dan lebih pas tidak usah mengadakan kegiatan yang berpotensi untuk ajang mencontek, sehingga hasilnya itu benar2 dari individunya.
kebanyakan anak nyontek terpengaruh dari film-film,,
nyontek itu bagian dari seni
hahahha gayamu fid fid
@jeng puji....iyo jeng, neng film akeh ngono kui
nyontek, bahkan sampai kuliah pun gak bisa lepas :D
mungkin sebagian ada yang sudah tobat sang pembangun, soalnya kena semboyan mahasiswa yaitu " gerakan perubahan" hihihi
yang ini saya bingung juga mau ngoment apa, yang saya tau nyontek itu nggak boleh, yang saya tau lagi semua mahasiswa juga tau kalo nyontek itu nggak boleh dan yang terakhir saya tau juga masih banyak mahasiswa yang suka nyontek :p
iya mbak alay memang kenyataaanya bgtu, tetapi memang banyak anak yang melanggar....hihi
Post a Comment and Don't Spam!